(Opini) Murid Nakal atau Murid Over Aktif?

(Teori Mengajar Menurut Alm. K.H Maimun Zubair dan Teori Psikologi)

Persepsi yang kerap muncul di benak para pendidik saat menanggapi murid yang dirasa sulit untuk dikondisikan di dalam kelas menjadikan guru melabeli murid dengan sebutan murid yang nakal. Tidak sedikit persepsi di atas selalu tertanam pada pendidik di berbagai jenjang pendidikan. Sebutan nakal akan melekat dalam diri anak selama persepsi itu masih ada tanpa penanganan yang tepat. Jika melakukan penilaian apakah nakal itu baik atau tidak semestinya lebih mengetahui apakah murid demikian nakal atau over aktif?

Jika melihat sejarah pendidikan di Indonesia tidak sedikit persepsi demikian yang menjadi pengalaman mutlak meski adanya potensi murid berubah dengan pengenalan psikologi murid serta keterlibatan pendidik dengan murid dalam aktivitas belajar. Murid yang selalu mencari perhatian dengan sering bertanya remeh-temeh, berjalan-jalan di kelas, tidak mengindahkan peraturan biasanya didasari dengan penanganan awal yang tidak tepat.

Hal-hal yang mendasari murid bersikap aktif yang berlebih didasari oleh kesalahan sikap murid yang selalu berakibat label negatif dari pendidik. Hal demikian dibarengi dengan adanya perhatian yang tidak seimbang dengan murid yang over aktif dengan murid lainnya. Sikap pendidik menjadi penentu kelanjutan dari murid over aktif meskipun tidak sepenuhnya perubahan mereka akan terjadi atau tidak. Alm. K.H Maimun Zubair pernah mengatakan bahwa “Ketika melihat murid-murid yang menjengkelkan dan melelahkan, terkadang hati diuji kesabarannya. Namun hadirkanlah gambaran bahwa di antara satu dari mereka kelak akan menarik tangan kita menuju surga”. Tidak bisa dipungkiri bahwa masa depan setiap orang pasti berbeda-beda dan barangkali sukses atau tidaknya tergantung oleh apa yang mereka putuskan saat ini. Jika diarahkan dengan kebaikan maka itu akan menjadi rantai kebaikan hingga menuju surga dan sebaliknya maka akan menjadi generasi persepsi yang kurang tepat.

Nakal pada umumnya bermakna suka berbuat kurang baik dalam hal tidak menurut, mengganggu, dan sebagainya. Jika menjadi suatu pertimbangan bagaimana tingkat kenakalan murid yang mengakibatkan adanya label negatif sedangkan bentuk perbuatan mereka hanya didasari ketidaktertiban di dalam kelas?

Keberhasilan murid dalam mengambil ilmu selama belajar tidaklah dapat dipaksakan pula mengingat perbedaan tingkat keaktifan, minat dan karakter mereka. Ada sebuah nasehat dari Alm. K.H Maimun Zubair yang berbunyi “Jadi guru itu tidak usah punya niat bikin pintar orang. Nanti kamu marah-marah ketika melihat muridmu tidak pintar. Ikhlasnya jadi hilang. Yang penting niat menyampaikan ilmu dan mendidik yang baik. Masalah muridmu kelak jadi pintar atau tidak, serahkan pada Allah. Didoakan saja terus menerus agar muridnya mendapat hidayah”. Adanya pendekatan yang baik dan tepat terhadap murid akan menjadikan murid terutama yang over aktif tidak akan merasa diabaikan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dibanding murid aktif disekitarnya. Sejatinya nakal dan over aktif itu sangat berbeda jika dilihat dari konteks belajar di dalam kelas dan di luar kelas. Tidak semua bentuk over aktif dapat disebut kenakalan dan sebaliknya. Sejatinya murid yang tidak menunjukkan sikap-sikap tidak bernorma di kelas tidaklah sepenuhnya disebut nakal selama sifat hormat kepada gurunya dilapisi over aktifnya,

Melihat dari ranah psikologi ada beberapa cara menurut Luwisa Zelnovra dalam menangani murid yang over aktif sebagai berikut:

1. Disiplin, tegas dan konsisten

Bentuk sikap-sikap diatas dibarengi dengan batasan-batasan yang tidak membuat murid tertekan dan kesenjangan antara murid dan pendidik tidak rusak.

2. Arahkan keaktifan murid untuk jadi terampil

Mengarahkan sikap aktif murid yang berlebih untuk membuatnya lebih menonjol di depan teman-temannya sehingga tidak ada kecemburuan sosial.

3. Ciptakan lingkungan yang aman untuk si kecil

Psikis murid yang tidak mudah ditebak dapat dikenali dengan pendekatan yang baik sehingga membuka hati murid untuk berkontribusi dalam belajar. Tidak sedikit perubahan sikap murid itu dia dapatkan dari rumah dan sekolah sesuai tujuannya diharapkan menjadi solusi.

4. Selalu puji sikap baik murid

Ada reward sikap dengan sikap untuk setiap perbuatan baik yang dilakukan murid misalnya: memuji murid karena bersedia menawarkan diri menghapus papan tulis, membantu teman sekelasnya dll.

5. Kenalkan permainan yang menarik minat mereka

Perlunya metode serta media pembelajaran yang mengambil perhatian mereka sehingga minat mereka lebih kepada penjelasan guru.

6. Ikutkan murid pada kelas kreativitas

Kreativitas kelas akan melibatkan setiap murid dan tentunya murid yang over aktif, kesempatan yang ada dalam mengkreasikan kelas akan menjadi peluang guru dalam melibatkan murid over aktif sehingga terjadi kesamaan untuk semua murid.

7. Jangan lekatkan label negatif pada anak.

Penulis : Mhd. Iqbal Hasibuan-Milatika Luthfi Fadhila