(Opini) Gala Bunga Matahari: Visualisasi Manifestasi Tertinggi dari Cinta dan Kasih Sayang Ilahi

Lagu Gala Bunga Matahari karya Sal Priadi akhir-akhir ini menjadi lagu yang sering diputar di berbagai sosial media. Lagu tersebut memiliki lirik yang secara tidak langsung memvisualisasikan Surga sebagaimana yang digambarkan dalam Al-Qur’an. Sebagai makhluk yang bergantung pada indra, manusia cenderung mencari kenyamanan dalam wujud yang dapat dilihat, diraba, dan dipahami. Hal-hal yang ghaib, meski tak tersentuh oleh mata atau logika, sering kali dicari-cari bentuknya dalam batasan pikiran yang terbatas. Maka lahirlah bayangan-bayangan, sebuah upaya akal untuk mendekati yang tak terhingga. Namun surga, sebuah janji yang terlalu agung untuk digambarkan, adalah tempat di luar jangkauan pendengaran, di luar pandangan, dan bahkan melampaui khayalan manusia yang paling liar. Ia adalah misteri, yang hanya dapat dirasakan oleh jiwa, bukan dengan mata, melainkan dengan keyakinan.

Lagu Gala Bunga Matahari mengandung pesan mendalam tentang kerinduan, kehilangan, dan harapan bahwa orang yang telah tiada telah menemukan tempatnya di surga. Ketika lirik-liriknya memiliki korelasi dengan deskripsi surga dalam Al-Qur'an, muncul visualisasi yang lebih dari sekadar harapan manusiawi, ini adalah refleksi tentang bagaimana surga digambarkan sebagai manifestasi tertinggi dari cinta dan kasih sayang Ilahi. Terdapat lirik pada lagu tersebut seperti "Adakah sungai-sungai itu benar-benar dilintasi air susu?" memunculkan kesan surgawi yang digambarkan dalam Surah Muhammad ayat 15 yang artinya, "Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa (adalah bahwa) di dalamnya ada sungai-sungai yang airnya tidak payau, sungai-sungai air susu yang rasanya tidak berubah, sungai-sungai khamar yang lezat bagi peminumnya, dan sungai-sungai madu yang murni…”. Ini menunjukkan betapa surga merupakan tempat yang melimpah dengan segala kenikmatan, yang disediakan Allah untuk hamba-Nya yang beriman. Visualisasi ini melambangkan kasih sayang Allah yang tak terbatas, di mana segala kebutuhan manusia dipenuhi dengan kesempurnaan.

Dalam lirik lain, "Juga badanmu tak sakit-sakit lagi. Kau dan orang-orang di sana muda lagi," terdengar selaras dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: “Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri dan Abu Hurairah raḍiyallahu 'anhuma, dari Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Salam, beliau bersabda: Jika penghuni surga masuk surga, seorang penyeru berseru: "Hendaknya kalian tetap hidup dan tidak mati selama-lamanya. Hendaknya kalian tetap sehat dan tidak sakit selama-lamanya. Hendaknya kalian tetap muda dan tidak menjadi tua untuk selama-lamanya. Hendaknya kalian bersenang-senang dan janganlah berputus asa selama-lamanya" (HR. Imam Muslim).” Hadits ini menggambarkan penghuni surga digambarkan akan kembali pada kondisi sempurna, tanpa rasa sakit atau penderitaan. Lagu ini memiliki visualisasi indah tentang kondisi fisik penghuni surga. Di sana, di tempat yang abadi, usia hanyalah kenangan. Semua akan kembali pada puncak kejayaannya, di mana masa muda tak pudar, dan keindahan tidak mengenal akhir. Sebuah janji bahwa di surga, bukan hanya jiwa yang abadi, tapi juga keindahan manusia dalam wujud terbaiknya.

Lebih jauh lirik pada lagu Gala Bunga Matahari berbunyi, "Hati yang gembira sering kau tertawa" beresonansi dengan gambaran penghuni surga dalam Surah Yasin ayat 55, "Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu berada dalam kesibukan (sehingga tidak sempat berpikir tentang penghuni neraka) lagi bersenang-senang", di mana mereka (penghuni surga) digambarkan bersuka cita, tidak ada rasa sedih atau duka, hanya penuh kegembiraan. Kondisi emosional penghuni surga akan selalu dalam keadaan terbaik.

Dengan demikian, lagu Gala Bunga Matahari karya Sal Priadi ini tidak hanya menyentuh perasaan manusia terhadap kehilangan, tetapi juga menciptakan ruang untuk merenungkan cinta Allah yang sempurna. Lagu ini memberikan refleksi spiritual yang mendalam tentang hubungan manusia dengan penciptanya dan keyakinan bahwa surga adalah manifestasi tertinggi dari kasih sayang Ilahi, tempat di mana kebahagiaan dan kedamaian tidak pernah berakhir.

Penulis: Muhammad Husnul ‘Abid

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Praktik Lapangan Pendidikan (PLP) di SMA Negeri 8 Yogyakarta