(Opini) Adab Seorang Guru: Jadikan Peserta Didik Cinta akan Agamanya, bukan Dibuat bingung!

Di antara adab (akhlak) seorang guru kepada para murid (peserta didik)-nya adalah mengajarkan apa yang mampu dicerna oleh mereka.

Seorang yang tumbuh berkembang secara usia atau dalam dunia pendidikan, naik dari satu kelas ke kelas yang lain yang lebih tinggi, tidak menjamin ia dapat memahami secara baik hal-hal yang rumit. Jika pertumbuhan raga saja dipengaruhi oleh faktor eksternal, maka tidak menutup kemungkinan pertumbuhan jiwa (daya fikir) juga dipengaruhi oleh eksternal. Salah satunya adalah minat dan bakatnya.

Dalam keilmuan Islam, yakni Pendidikan/Pelajaran Agama Islam, ada yang mengatakan, ada beberapa materi yang bersifat abstrak. Benar, secara sekilas memang bersifat abstrak, sebab memerlukan apa yang diistilahkan oleh Syahid Muhammad Baqir Sadr, "Tashdiq" (pembenaran) dan "Tashawwur" (pengkonsepan).

Tashdiq adalah pembenaran terhadap apa yang datang dari Nabi Muhammad Saw. terkait ke-Esa-an Allah dan diutusnya Nabi Muhammad Saw. sebagai Utusan-Nya. Inilah yang dinamakan dengan Rukun Islam (akidah). Ini mungkin akan sangat sulit bagi peserta didik yang lingkungannya terbiasa dengan ilmu pengetahuan, yang membutuhkan pengujian (tajribah) dan bukti. Namun apakah guru lantas menyerah begitu saja? Atau guru hendak menyembunyikan tentang akidah itu?
Tentu tidak! Sikap guru dalam hal ini adalah:
1. Menjelaskan apa ada. Jelaskan dasar Rukun Iman itu. Jika peserta didik masih belum menerima dan menanyakan hal-hal yang jawabannya sebenarnya di luar kemampuan mereka, maka jawablah dengan perumpamaan yang diambil dari minat dan bakat mereka dari ilmu pengetahuan itu.
2. Jika guru tidak memiliki kompetensi dalam bidang yang diminati oleh peserta didik itu, maka solusi paling jitu adalah dengan memberinya contoh, yakni dari pengalaman diri sendiri, atau kisah-kisah penuh suri tauladan lainnya. Berikan contoh bagaimana pengaruh rukun Islam itu dalam kehidupan manusia sehari-hari.
3. Janganlah langsung melompat pada solusi Tashawwur!

Apa itu Tashawwur?

Tasawwur secara bahasa adalah pengkonsepan. Ini membutuhkan kemampuan imajinasi yang baik dalam memahami persoalan-persoalan yang tidak atau sulit ditemukan dalam kehidupan nyata. Semisalnya adalah tentang ideologi atau paham-paham yang baru dijumpai oleh manusia.

Dalam Pelajaran Agama Islam, Tashawwur ini dijumpai dan dibutuhkan dalam menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan rukun Islam. Seperti, tentang sifat-sifat Allah, Manusia dan Takdirnya, dan lain sebagainya. Atau dalam kata lain adalah apa yang dibahas dalam Ilmu Kalam.

Penggunaan tasawwur dalam menjawab masalah Ilmu Kalam membutuhkan beberapa syarat, yaitu salah satunya kompetensi dalam ilmu logika formal (manthiq). Ini adalah syarat pokok, sebab agar akal tidak melakukan kesalahan dalam menetapkan jawaban.

Dalam konteks peserta didik yang berkecimpung dalam ilmu-ilmu pengetahuan sosial dan alam sebagai minatnya, apabila mereka tidak memiliki kompetensi ilmu logika formal itu janganlah dijawab masalah-masalah yang berkaitan dengan Rukun Islam yang dibahas oleh Ilmu Kalam, sebab hal ini akan menjadikan mereka kebingungan. Akhirnya, alih-alih mereka paham dan mendalam serta dapat mengamalkan ajaran-ajaran Islam, mereka malah menjauh dan ragu. Na'dzubillah min dzalik.

Akhirnya, materi Pendidikan Agama Islam yang diajarkan di sekolah-sekolah Indonesia adalah memiliki tujuan menanamkan, menumbuhkan, dan menghidupkan nilai-nilai dan ajaran-ajaran Islam pada peserta didik (afeksi). Maka, hendaknya dibuatlah peserta didik paham dan cinta akan Islam, serta memiliki tekad untuk mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Jika ada pertanyaan: "mengapa banyak kenakalan remaja?" dan pertanyaan lainnya seputar topik itu, maka jawabannya adalah bagaimana peran guru agama di sekolah dan lembaga pendidikan lainnya mengajarkan ajaran-ajaran agamanya? Apakah ia membuat peserta didik cinta akan agamanya atau malah ragu dan menjauh? Ini adalah catatan guru-guru agama di manapun, kapanpun, dan bagaimanapun keadaan.

Referensi
Muhammad Baqir Sadr. Falsafatuna
Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali. Ihya' 'Ulumid Diin
Muhammad Quthb. Manhajut Tarbiyah Fil Islam

Penulis: Zuhaili Zulfa (21104010063)
PLP SMA N 5 Yogyakarta

Kolom Terkait

Kolom Terpopuler