(Esai) Suasana Sumatif Tengah Semester (STS) di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta
Oleh:Isnaini Rahmadhani
(Mahasiswa PLP UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Suasana Sumatif Tengah Semester (STS) di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta selalu menghadirkan dinamika yang khas setiap tahunnya. Ujian ini, sebagai bagian dari evaluasi akademik, tidak hanya menjadi ajang bagi siswa untuk mengukur pemahaman mereka terhadap materi pelajaran, tetapi juga memberikan gambaran tentang kesiapan mental dan disiplin mereka dalam menghadapi tantangan yang lebih besar di masa depan.
Hal pertama yang terasa selama STS adalah atmosfer ketegangan yang tidak bisa dihindari. Siswa-siswa yang biasanya ceria dan penuh semangat mendadak tampak lebih serius dan tegang. Setiap sudut sekolah, dari ruang kelas hingga perpustakaan, dipenuhi oleh siswa yang sibuk mengulang pelajaran. Tidak jarang terdengar obrolan siswa yang mendiskusikan soal-soal latihan atau strategi menjawab soal ujian. Bagi sebagian besar siswa, STS menjadi momen penting untuk membuktikan kemampuan akademis mereka, yang sering kali menentukan langkah selanjutnya dalam pencapaian akademik mereka.
Namun demikian, suasana STS juga memunculkan sisi positif dari kehidupan sekolah. Ada semacam solidaritas yang terbangun di antara para siswa. Mereka yang biasanya belajar sendiri mendadak lebih terbuka untuk belajar bersama dalam kelompok, saling membantu memahami materi yang sulit, dan berbagi tips menghadapi soal-soal ujian. Kebersamaan semacam ini menciptakan ikatan yang lebih kuat di antara siswa, yang menjadi modal penting dalam perjalanan akademik dan sosial mereka di sekolah.
Dari sisi guru, suasana STS menjadi saat yang menantang sekaligus membanggakan. Guru-guru dituntut untuk mempersiapkan soal yang berkualitas, yang mampu mengukur pemahaman siswa secara komprehensif. Mereka juga perlu memastikan bahwa proses ujian berjalan dengan tertib dan adil. Di sisi lain, ini juga menjadi waktu bagi guru untuk mengevaluasi efektivitas metode pengajaran mereka. Hasil STS sering kali menjadi cermin apakah cara mengajar yang mereka terapkan sudah cukup efektif dalam membantu siswa mencapai target belajar.
Di luar itu, perlu juga diakui bahwa STS tidak jarang menjadi sumber tekanan bagi sebagian siswa. Tekanan untuk mendapatkan nilai yang baik kadang membuat siswa merasa cemas dan khawatir. Dalam kondisi ini, penting bagi sekolah untuk menyediakan dukungan moral dan mental yang memadai, baik melalui bimbingan konseling maupun motivasi dari guru. Sekolah perlu menanamkan pemahaman bahwa ujian bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan, melainkan bagian dari proses belajar yang panjang.
Secara keseluruhan, suasana STS di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta mencerminkan semangat kompetisi yang sehat sekaligus kebersamaan di antara siswa. Meski penuh tantangan, ujian ini membantu siswa mengasah kemampuan berpikir kritis, belajar mengatur waktu, dan mengelola stres dengan baik. Dalam jangka panjang, pengalaman ini akan membekali mereka dengan keterampilan hidup yang bermanfaat, baik di dunia akademik maupun di kehidupan nyata.